Saturday, June 2, 2007

CORETAN KEDUA

Sehari setelah semuanya jelas, agaknya sangat ingin untuk terus bermanja dengan keadaan. Aku memang ingin agar kondisi ini tetap seperti semula. Apa adanya. Katakanlah tidak ada semacam jarak penghalang. Atau apalah namanya.

Mungkin saja. Dan itu sepertinya mungkin. Gampang. Sedikitnya aku mulai mengerti bahwa itu sebuah situasi alamiah yang tidak dibuat-buat. Wajar-wajar saja.

Keluar dari keadaan. Ya. Kadang-kadang terlontar pikiran seperti itu. tapi ketika berpikir ulang, ternyata tidak menyelesaikan kondisi yang sudah ada. Malahan mungkin melahirkan kekonyolan baru yang makin ruwet.

Ketika angin masih bertiup dan udara Jakarta belum mau bersahabat. Aku masih menemui kebosanan rutinitas yang menjemukan. Membosankan. Tak ada keistimewaan. Mungkinkah?

Ketika hari beranjak menuju masanya yang lain. Ketika itu pula sebuah keberanian semu muncul begitu saja. Ada kalanya sebuah keberanian yang dibuat-buat. Atau keberanian yang didorong kehormatan.

Situsi ini agaknya mulai terang. Walau kadang samar dan buram. Sebuah keinginan luhur tentang eksistensi cinta. Mahabbah. Seperti dorongan air mani yang sedang memuncak. Meluncur sedemikian rupa di pegunungan salju yang tipis.

“Aku tak butuh cinta.” katanya.
“Masalahnya, sekarang tak ada lagi kelemahlembutan gadis yang hadir dalam kesendirian.”
“Apakah seorang gadis dapat menawarkan racun kerinduan. Bisa pengharapan.”
“Semua itu mungkin terlalu pagi untuk dikatakan sebagai sebuah kesetiaan. Apalagi kecemburuan.”

2004

No comments: