Saturday, June 2, 2007

CORETAN KEDELAPAN

Sebagaimana rasa mencatatkan perih dalam lembaran jiwa. Mencoreng frustasi menggandeng ego mengantar dahaga.

: Masih ada esok yang terlampaui akal sehat, pun martabat dan segala etika kehormatan. Membaur satu-satu dengan tetek-bengek logika.

Sampai hari persembahan datang. Menjadi sejajar sisi gelap terang. Dan membulatnya cahaya malam. Dan menghilangnya noktah kelam.

“Selamat malam, tentu harimu akan terkuras bersama angin. Mencumbui kikisan keringat. Dan bersenandung dengan senja di sebelah stasiun kota tua yang mulai berhenti mengaum,”

: Mungkin esok tiada lagi nyanyian senja melantun. Berhias puisi indah, bersenandung lazuardi, dan berlembayung keperakan dalam hiasan cakrawala.

--- ah, sampai kapan kau melagukan tarian itu demi rasa dan cinta, yang tertelan genderang hidup bahkan semakin menghilang pudar terbujuk ombak yang terus mengajak berlabuh.

--- lantas kau berhenti menari, menghentakkan urat nadi atas nama rasa dan cinta yang tak berujung pangkal.

Dari sajak yang tertulis, aku kabarkan duka lewat canda. Menyanyikan kelam. Menyenandungkan tawa.

Duka itu akan hilang Zannuba. Ketika fajar menyingsingkan pergi dan malam membenam. Hapus air mata lara. Esok masih ada. Teruslah berjalan Zannuba.

2004

No comments: